• Beranda
  • Berita
  • Menag ajak berpolitik berlandaskan nilai universal agama

Menag ajak berpolitik berlandaskan nilai universal agama

7 November 2018 16:58 WIB
Menag ajak berpolitik berlandaskan nilai universal agama
Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin memberikan keterangan pers di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Rabu (24/10/2018). (ANTARA News/Agus Salim)
Yogyakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak politisi untuk berpolitik dengan mengedepankan landasan nilai-nilai universal yang terkandung dalam ajaran pokok atau esensi agama.

"Marilah kita berpolitik dengan mengedepankan esensi agama. Esensi agama itu dari nilai-nilai universalnya, (yakni) menegakkan keadilan, memposisikan manusia pada tempatnya, melindungi dan menghormati hak dasar manusia dan seterusnya," kata Lukman seusai menjadi pembicara kunci dalam Simposium Internasional Kehidupan Keagamaan (ISRL) 2018 di Yogyakarta, Rabu.

Sebaliknya, Lukman berharap para politisi tidak berpolitik dengan menggunakan aspek formal atau kelembagaan suatu agama untuk meraih kekuasaan karena justru akan memunculkan perpecahan.

"Bukan agama dalam arti yang formal. Kalau kita lebih mengedepankan itu (sisi formal agama), jangankan antara agama satu dengan agama lain, bahkan dalam diri satu agama itu sendiri bisa terjadi perbedaan," kata dia.

Dalam bingkai hubungan berbangsa dan bernegara, menurut Menag, masyarakat Indonesia tidak bisa meninggalkan sisi dalam atau esensi dari ajaran agama. Dengan berpegang pada ajaran pokok agama, tidak akan ditemukan perbedaan substansi agama satu dengan agama lainnya sehingga dapat hidup berdampingan.

"Melalui esensi dari setiap agama, kita semua akan menemui kesamaan. Kita tidak akan menemui perbedaan-perbedaan ketika agama dilihat dari inti ajarannya," kata dia.

Sebaliknya, apabila hanya melihat agama dari sisi luar yang beringgungan dengan aspek formal dalam kelembagaan suatu agama saja, maka hanya akan ditemukan perbedaan-perbedaan.

"Sebagai masyarakat yang religius, bangsa kita tidak bisa meninggalkan esensi atau ajaran pokok. Kita semua menjalani kehidupan keseharian dengan berpegang teguh, melandaskan diri, dan berorientasi pada nilai-nilai agama yang pokok," kata dia.

Sementara itu, Peneliti Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Dicky Sofjan menegaskan bahwa agama tidak boleh digunakan untuk kepentingan politik meraih kekuasaan.

"Jangan sampai agama dimainkan tapi, sebaliknya, spirit dari ajaran agama itu yang dijalankan," kata Dicky.

Baca juga: Menag targetkan 2019 seluruh kabupaten/kota punya PTSP
Baca juga: Ratusan tokoh agama dialog bersama Menteri Agama
Baca juga: Menteri Agama: budaya dan agama tak perlu dipertentangkan

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018