"Dengan pupuk ini perkembangan tanaman jadi lebih baik 30 persen, pembentukan buah jadi lebih cepat, pohon lebih cepat tinggi dan bercabang, diameter lebih besar dan daun lebih banyak," kata Peneliti di bidang ilmu tanah Balittri, Kurnia Dewi Sasmita di Balittri Sukabumi, Jawa Barat, Rabu.
Pupuk berlabel Pakuwon yang diambil dari nama desa tempat Balittri berdiri tersebut mengandung mikroorganisme hidup berupa mikroba pelarut hara fosfor (P) dan Kalium (K) yang sangat efektif mendorong produktivitas dan pertumbuhan tanaman melalui peningkatan pasokan nutrisi esensial.
Biofertilizer tersebut, ujar dia, juga membuat pemupukan tanaman lebih efisien 25 persen, karena pemberian pupuk 75 persen dengan biofertilizer hasilnya sama dg pupuk 100 persen.
"Untuk satu tanaman kopi cukup ditabur pupuk 30-40 gram setahun dua kali, khususnya ketika musim hujan. Sementara itu harganya Rp50 ribu per kilogram," katanya.
Yang paling menarik dari pupuk ini, ujar dia, adalah kemampuannya memacu pembungaan dan pematangan buah secara serempak, sehingga cocok diaplikasikan pada tanaman kopi yang umumnya berbunga dan berbuah tidak serempak dalam pohon yang sama.
Baca juga: Mahasiswa UMM buat pupuk organik dari limbah tahu
Baca juga: Petani didorong gunakan pupuk organik
Baca juga: Petani kakao butuh pupuk organik
Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019