Lurah Kalideres, Jakarta Barat, Muhammad Fahmy mengatakan jumlah pengungsi yang menempati enam unit tenda dari Kementerian Sosial dan Dinas Sosial DKI Jakarta itu sebanyak 998 orang.
Baca juga: Ketua DPRD DKI tinjau proses relokasi pengungsi Kebon Sirih
"Menurut data ada 998 orang. Apakah akan bertambah atau tidak, saya belum bisa pastikan. Mungkin Jumat pagi akan ada perkembangan," kata Fahmy saat ditemui di sekitar eks Kodim Jakarta Barat, yang menjadi lokasi pengungsian sementara, Jumat dini hari.
Berdasarkan pantauan Antara, pada Kamis malam hingga Jumat dini hari, ratusan pengungsi itu menempati enam tenda besar berwarna biru. Sebagian besar perempuan dan anak-anak tertidur beralaskan tikar berbahan terpal.
Sementara, kebanyakan laki-laki berbincang dengan sesama pengungsi, dan sebagian lainnya merapikan dan menjemur pakaian pada seutas tali yang dikaitkan antara dua tenda. Ada juga yang mengumpulkan kardus dan papan bekas yang akan digunakan untuk alas tidur.
Baca juga: Ratusan pencari suaka dipindahkan ke Eks Kodim Jakarta Barat
Lokasi tersebut dibatasi pagar dengan pintu gerbang yang dijaga petugas kepolisian dan Satpol PP. Para pencari suaka itu diimbau untuk beristirahat dan tidak berkeliaran ke luar dari lokasi tenda.
"Boleh kok ke luar, tapi untuk hal-hal yang penting. Agar tidak keliaran, mereka mungkin belum tahu daerah ini, nanti nyasar," kata Tarmidji, seorang anggota Satpol PP di pintu gerbang.
Tiga orang petugas dari Suku Dinas Perindustrian Energi Jakarta Barat juga terlihat sedang memastikan ketersediaan listrik di lokasi pengungsian itu.
Di seberang gerbang utama, terdapat bangunan pos yang memuat ratusan nasi kotak dengan bungkus plastik merah. Nasi kotak itu merupakan sumbangan dari berbagai pihak untuk para pencari suaka.
"Kami banyak dapat bantuan makanan, juga pakaian. Orang Indonesia baik, mereka ada yang memberikan sendiri, ada juga kelompok pelajar yang mendatangi kami membawa pakaian dan selimut saat di dekat kantor UNHCR (Jalan Kebon Sirih)," kata seorang pengungsi asal Afganistan, Abdelah Karem (37), yang sudah sembilan bulan di Indonesia.
Baca juga: Pengungsi duduki jalanan di depan kantor UNHCR
Abdelah yang sedikit bisa berbahasa Indonesia menyatakan harapannya untuk mendapatkan tempat tinggal yang aman.
Fawed Ahmad (29) asal Afganistan yang sudah setahun lebih mencari suaka di Indonesia juga mengatakan selama ini mereka bertahan hidup berkat makanan pemberian dari orang-orang sekitar.
"Pedagang beri kami makanan, tidak banyak, tapi kami bersyukur. Ada perempuan Indonesia berikan kain untuk anak-anak kami, terima kasih. Kami ingin hidup di negara yang aman," kata Fawed.
Kedua pencari suaka itu tidak tahu sampai kapan akan menempati tenda sementara, namun mereka berharap United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)/Komisoner Tinggi PBB untuk Pengungsi dapat memberikan solusi.
Hingga Jumat dini hari, terdapat beberapa warga yang membawakan makanan untuk para pengungsi itu.
"Saya lihat di berita mereka kembali ke Kalideres. Saya mau lihat dan menitipkan sedikit makanan," kata Mualimah (58) yang datang bersama anak laki-lakinya menggunakan mobil untuk mengantarkan nasi bungkus.
Baca juga: Kemensos beri bantuan dan pendampingan psikososial bagi pencari suaka
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019