"Itu hal positif, memberikan hak untuk pejalan kaki yang kurang diperhatikan. Kawasan Cikini itu daerah perdagangan dan jasa, di situ harusnya pergerakan orang cukup banyak," ungkap pengamat tata kota Yayat Supriatna ketika dihubungi pada Senin.
Selama ini, kata dia, pejalan kaki kalah dengan PKL, tukang parkir dan sebagainya.
Baca juga: Ketua DPRD DKI dukung rencana Anies untuk revitalisasi trotoar
Baca juga: Koalisi pejalan kaki apresiasi pembangunan revitalisasi trotoar
Baca juga: Sejumlah titik tersendat akibat revitalisasi trotoar di Cikini
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan revitalisasi trotoar sejauh 10 kilometer di kawasan Cikini dan Kramat Raya yang berlangsung sejak Juni.
Rencananya revitalisasi itu akan selesai pada Desember tahun ini.
Trotoar yang sebelumnya hanya memiliki lebar maksimal tiga meter akan diperlebar menjadi sekitar empat sampai dengan tujuh meter.
Proyek revitalisasi itu membuat Jalan Cikini mengalami kemacetan, apalagi di saat jam pulang kerja pada sore hari.
Meski menyambut positif pelebaran trotoar, Yayat memperingatkan bahwa pelebaran tersebut harus dimanfaatkan secara penuh untuk pejalan kaki, bukan demi kepentingan pihak lain, seperti pedagang kaki lima dan tukang parkir liar.
Dia memperingatkan penggunaan trotoar yang sudah diperlebar kembali menjadi tempat berjualan dan parkir sudah terjadi beberapa kali sebelumnya.
"Jadi kalau tidak ada penegakan hukum ya sama saja, itu menjadi pasarnya PKL dan parkir liar. Jadi ketika sudah ada pelebaran trotoar, Satpol PP harus tegas. Sambil menempatkan PKL di tempat yang pas, bukan di situ," ujar akademisi Universitas Trisakti tersebut.
Baca juga: DPRD DKI minta penataan trotoar pusat kota diperluas
Baca juga: Trotoar lebar tapi nyawa pejalan kaki masih terancam di Jakarta?
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019