• Beranda
  • Berita
  • Yuk atasi kecemasan di fase normal baru dengan "mindfulness"

Yuk atasi kecemasan di fase normal baru dengan "mindfulness"

11 Juli 2020 14:31 WIB
Yuk atasi kecemasan di fase normal baru dengan "mindfulness"
Ilustrasi (Pixabay)
Ketenangan batin diperlukan dalam menghadapi situasi tak menentu yang telah terjadi akibat wabah virus corona, salah satu caranya dengan mempraktikkan teknik "mindfulness".

Kecemasan yang berlebihan dapat berimbas pada kesehatan fisik, membuat fungsi tubuh tidak optimal. Psikiater Elisa Tandiono dari RS Pantai Indah Kapuk juga menyarankan agar orang-orang mempraktikkan "mindfulness" agar tidak terjebak dalam rasa cemas yang tak berujung.

Baca juga: Pakar kejiwaan UGM sebut wanita rentan stres selama pandemi COVID-19

Baca juga: Stres corona? awas psoriasis bisa kambuh


Apa itu "mindfulness"?

"Mindfulness" adalah melatih pikiran agar sadar secara penuh dan hadir secara utuh saat ini. Pikiran dipusatkan kepada apa yang terjadi saat ini, tidak mengembara ke masa lalu atau masa depan.

"'Mindfulness' adalah menempatkan kesadaran pada momen saat ini," kata praktisi Mindfulness dari Mindfulness Indonesia Zaneti Sugiharti kepada ANTARA.

Baca juga: Dawon Cosmic Girls terpaksa rehat karena gangguan kecemasan

Baca juga: Tidak ingin cemas justru perparah kecemasan

Baca juga: Omega-3 menyehatkan tapi tak mampu atasi kecemasan


Semua aktivitas, sesederhana apa pun, bisa dijalani dengan teknik "mindfulness". Ketika sedang minum kopi, Anda bisa memusatkan perhatian kepada aroma kopi, kehangatan cangkir dan rasanya di mulut Anda.

Metode ini jadi tren yang semakin meningkat dalam 15 tahun belakangan seiring pencarian metode alternatif penanganan gangguan mental dan psikologis.

Dalam fase normal baru, ketakutan mengenai virus corona wajar dialami. Lewat metode ini, orang-orang diajak untuk menghadapi kecemasan dengan fokus melakukan apa yang bisa dikontrol, bukan apa yang ada di luar kontrol.

Dia mencontohkan cara menghadapi kekhawatiran tertular virus corona saat naik kendaraan umum untuk pergi ke kantor.

Daripada membayangkan kemungkinan terburuk, lebih baik perhatian dipusatkan untuk melakukan segala tindak pencegahan dengan protokol kesehatan.

"Andalkan apa yang bisa dilakukan dengan panca indera. Pakai masker, hand sanitizer, jaga jarak, jangan sentuh bagian yang berisiko. Jalani saja, jangan fokus apa yang belum terjadi atau hal lain yang di luar momen saat ini," tutur dia.

Baca juga: Dokter: Kecemasan akibat COVID-19 merupakan bentuk adaptasi normal

Baca juga: Kurang konsumsi sayur sebabkan mudah cemas, benarkah?

Baca juga: Alami gangguan kecemasan, Jiho "Oh My Girl" rehat

Napas

Mengatur napas jadi kunci penting dalam "mindfulness". Bernapas adalah kegiatan yang terjadi secara otomatis, sehingga kadang kala kita lupa untuk memperhatikannya.

Cara menempatkan kesadaran pada apa yang sedang terjadi adalah mengatur, memperhatikan dan fokus pada napas.

"Di situ nanti pikiran yang lalu lalang akhirnya terpusat pada napas, jadi ilusi ketakutan itu menghilang," katanya.

Baca juga: Dokter Inggris uji ibuprofen pada pasien corona yang sulit bernapas

Baca juga: JK Rowling berbagi teknik bernapas saat sesak karena gejala corona

Baca juga: Biasakan anak bernapas dengan hidung


Praktikkan latihan napas kapan saja agar pikiran bisa lebih tenang. Jika sudah sering berlatih, Anda bisa mengingatkan diri untuk fokus pada momen saat ini ketika muncul sesuatu yang mengundang emosi atau kekhawatiran.

Terkesan sederhana, tapi ini bermanfaat, kata Zaneti.

"Misalnya, saat menyetir di jalan lalu kita diklakson terus oleh kendaraan lain. Kalau emosi tidak dikontrol, rasa kesalnya bisa terbawa sampai kantor dan kualitas pekerjaan menurun."

Dengan menerapkan teknik "mindfulness", rasa kesal sesaat langsung diredakan sehingga kualitas hidup bisa lebih baik.

Jaga pikiran agar tenang dengan membatasi diri dari informasi yang berseliweran, yang kebenarannya belum terjamin. Bijaklah mengonsumsi informasi. Bila ada yang mengejutkan, beri jeda untuk mencerna dan mengecek kembali akurasi informasi tersebut.

Baca juga: Psikiater: Redakan stres saat pandemi agar tak terjerumus narkoba

Baca juga: Apakah menarik napas dalam-dalam bisa mengurangi rasa panik?

Baca juga: Stres saat pandemi, bukan alasan untuk lakukan kekerasan pada anak

 

Kerja dari rumah

Zaneti memberikan kiat untuk menerapkan "mindfulness" ketika sedang bekerja di rumah. Bila Anda juga sibuk mengurus rumah dan anggota keluarga, berusahalah untuk memberikan perhatian secara seimbang.

Jangan terlalu tenggelam kepada pekerjaan hingga tidak acuh kepada buah hati atau pasangan.

Di sisi lain, jangan sampai urusan di rumah pun mengganggu pekerjaan Anda.

"Tidak boleh terlalu melekatkan diri dengan peran tertentu, berikan porsi seimbang. Kita harus mampu kasih batasan. Ketika jam kerja, kerja. Saat jam keluarga, curahkan untuk keluarga," kata dia.

Baca juga: Lima makanan ini mampu bantu redakan stres

Baca juga: Psikolog: orang tua tak perlu memaksakan diri jadi guru

Baca juga: Begini agar tidak stres hadapi kenormalan baru

Baca juga: Mana yang lebih stres selama pandemi, anak atau orang tua?

 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020