Hal tersebut disampaikan oleh beberapa pengungsi, seperti Ahmad dari Afghanistan yang mengatakan bahwa sajadah yang ada di mushala tempat pengungsian sangat sedikit sehingga untuk beribadah mereka harus bergantian cukup lama.
“Sajadahnya sedikit, sedangkan kita jumlahnya banyak. Kalau shalat harus bergantian lama,” katanya saat ditemui di lokasi pengungsian, Senin.
Baca juga: Puskesmas Kalideres gelar pemeriksaan ibu hamil untuk pengungsi suaka
Baca juga: Puskesmas Kalideres terima 190 pasien pengungsi suaka
Selain Ahmad ada juga Muhammad Ali dari Pakistan. Ia mengaku sebenarnya sajadah sudah cukup banyak namun lama-lama jumlahnya semakin berkurang.
“Kemarin banyak tapi memang tidak cukup, sekarang semakin sedikit,” ujarnya.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Lurah Kalideres Muhammad Fahmy, ia mengatakan bahwa para pengungsi banyak yang memilih untuk shalat di tenda masing-masing jadi mereka membawa sajadah tersebut.
“Iya sajadahnya menurut informasi dibawa ke tenda untuk melakukan shalat jamaah dengan teman-teman yang satu tenda,” kata Fahmy.
Baca juga: Ratusan pencari suaka di Kebon Sirih butuh bantuan makanan
Baca juga: Pengungsi unjuk rasa tuntut bantuan UNHCR
Meskipun begitu, Fahmy akan berusaha memenuhi keperluan para pengungsi tersebut. Hal itu sesuai dengan instruksi dari Wakil Walikota Jakarta Barat Muhammad Zen saat berkunjung ke tempat pengungsian.
Zen menginstruksikan kepada Lurah Kalideres dan pihak-pihak terkait untuk segera menyediakan sajadah salam jumlah yang memadai.
“Mushola tadi saya lihat memang sajadah sedikit ya, nanti kita akan usahakan segera agar ada sajadah lebih banyak,” ujar Zen.
Baca juga: Kemensos beri bantuan dan pendampingan psikososial bagi pencari suaka
Baca juga: Posko Kesehatan untuk pencari suaka tidak "stand by" 24 jam
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019